harga home
harga jump
Sudahkah Anda daftarkan blog Anda ke Blog Directory?
All Harga Last Updated on:

Antisipasi Kenaikan Harga saat Ramadan

Antisipasi Kenaikan Harga saat Ramadan
(Harga Online) - Siapa yang tidak kenal dengan lagu Naik-naik kepuncak gunung? Bahkan lagu itu terasa makin akrab ditelinga kita akhir-akhir ini, ketika salah satu produk susu menjadikannya tema lagu iklan mereka. Memang jika ditilik melalui liriknya, lagu itu menggambarkan keindahan panorama pegunungan. Namun entah mengapa belakangan ini lagu itu juga terasa pas jika dinyanyikan ketika kita berbelanja keperluan pokok di pasar. Di mana ketika sejumlah keperluan pokok kian merangkak naik, bahkan mungkin menjelang Ramadan ini akan terus naik tinggi sekali, seperti lagu Naik-naik ke puncak gunung.


Kenaikan harga menjelang Ramadan memang seakan menjadi suatu hal yang lumrah terjadi. Di mana fenomena itu hampir terjadi setiap tahun. Oleh karena itu juga mungkin pemerintah baik pusat maupun daerah, terkesan tidak terlalu sibuk melakukan langkah kongkret guna mencari jalan keluar akan kenaikan harga sejumlah keperluan pokok ini. Seperti halnya juga fenomena kabut asap dan banjir di sejumlah daerah termasuk di Riau, yang menjadi sebuah fenomena biasa.

Padahal, seperti yang diberitakan beberapa surat kabar, kenaikan harga keperluan pokok di Pekanbaru termasuk paling dini terjadi, jika disbanding daerah-daerah lainnya. Seperti yang diberitakan Riau Televisi serta Riau Pos, berdasarkan hasil pantauan di beberapa pasar-pasar tradisional di Pekanbru seperti Pasar Sail, Senapelan, dan Cik Puan, harga sejumlah keperluan pokok telah merangkak naik sejak beberapa waktu lalu. Untuk minyak goreng curah misalnya.

Hingga kini terus mengalami kenaikan sekitar Rp200 sampai Rp300 dari Rp8.500 menjadi Rp8.700 hingga Rp8.800. Sedangkan pada beras meski beberapa waktu yang lalu relatif stabil, namun belakangan pada beras kualitas terbaik seperti Mundam, Ramos, dan Sokan mulai mengalami kenaikan dijual pada kisaran harga Rp6.500 hingga Rp7.000 per kg. Sedangkan untuk beras kualitas sedang seperti beras Vietnam dijual dengan harga Rp5.000 hingga Rp5.500 per kilonya. Selain itu beras Dolog dijual Rp3.700 hingga Rp4.000 per kg.

Selain itu, telur juga mengalami kenaikan dari Rp650 per butir naik menjadi Rp750 hingga 800 per butir. Sedangkan harga cabai dan beberapa sayur jenis sayur seperti diberitakan Riau Televisi, juga sudah mulai mengalami kenaikan.

Harga susu yang beberapa waktu yang lalu mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan, kini pun tak ketinggalan makin mengalmi kenaikan. Susu kemasan Dancow ukuran 800 gram yang pekan lalu dijual Rp42 ribu naik menjadi Rp44 ribu. Susu bayi Lactamil ukuran 400 gram mengalami kenaikan dari sebelumnya Rp 24 ribu menjadi Rp27 ribu. Begitu juga susu Childmil 800 gram yang sebelumnya Rp64 ribu kini menjadi Rp71 ribu. Memang dalam pemberitaan di media massa juga disebutkan pemerintah akan melakukan berbagai upaya untuk menstabilkan lonjakan harga bahan keperluan pokok.

Bahkan, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pekanbaru Suradji mengatakan untuk mngantisipasi dan mengawasi terjadinya lonjakan harga khususnya keperluan pokok, pihaknya akan menggelar inspeksi mendadak ke sejumlah pasar tradisional di Pekanbaru.

Namun hingga kini pemerintah mulai dari pusat, Pemprov maupun Pemko, belum mampu menahan harga sejumlah keperluan pokok tersebut. Dan meskipun Pemko Pekanbaru akan berencana melakuan operasi pasar ataupun inspeksi mendadak, penanganan itu biasanya hanyalah akan bersifat jangka pendek dan temporer, terkesan tidak efektif. Makanya, jika kita merunut fenomena kenaikan harga keperluan pokok ini dari tahun ke tahun, pemerintah seakan kesulitan melaksanakan kewajiban menjamin ketersediaan keperluan pangan (bahan pokok) yang murah dan terjangkau bagi masyarakat.

Ketika terjadi lonjakan harga, kebijakan pemerintah cenderung kurang maksimal karena terkesan hanya sekedar memenuhi formalitas kerja. Padahal potensi kenaikan harga berbagai keperluan masyarakat, seperti beras, gula, minyak goreng, terigu, dan susu pada tahun ini sudah bisa diperkirakan sejak tahun lalu.

Dari fenomena ini semestinya pemerintah sudah dapat memetakan akar masalah dan kendala terbesar yang menjadi faktor utama penyebab melonjakan harga. Dengan catatan, pemerintah perlu mengedepankan komitmen terhadap rakyat dengan menjamin stabilitas harga dan pasokan bahan-bahan pokok.

Hal inilah sepertinya yang belum nampak. Jadi, tak dapat dipungkiri terjadinya penomena kenaikan harga-harga bahan pokok selama ini, salah satu faktor utamanya disebabkan masih rendahnya komitmen pemerintah sendiri.

Makanya dalam salah satu dialog di salah satu media nasional pengamat ekonomi Prof Dr Ir H Eddy Jusuf SP Msi mengungkapkan gagalnya program stabilitas harga seperti halnya minyak goreng lebih disebabkan rendahnya komitmen pemeritah sendiri, dalam hal ini pemerintah pusat.

Ini terlihat dari komitmen PT Perkebunan Nusantara (PTPN) yang notabene milik pemerintah tak mampu berbuat banyak, ketika dihadapkan pada situasi harga minyak goreng domestik dan tingginya bahan baku Crude Palm Oil (CPO) di pasar dunia. Dengan demikian, dampak yang ditimbulkan dari kenaikan harga CPO ini pada akhirnya dapat memicu terganggu stabilitas harga-harga keperluan pokok lain seperti sabun, margarin, dan lain-lain.

Untuk itu jika pemerintah sebenarnya betul-betul mempunyai komitmen. Pemerintah pemerintah perlu bergerak lebih cepat mengendalikan kenaikan harga keperluan pokok, guna menekan inflasi yang lebih tajam. Sebab menurut teorinya, terjadinya inflasi di antaranya dipengaruhi adanya kenaikan indeks pada kelompok barang dan jasa. Kenaikan angka inflasi ini juga disebabkan sikap pemerintah yang membiarkan harga keperluan pokok mengikuti mekanisme pasar. Sementara pasar sendiri mempunyai kepentingan-kepentingan tertentu dengan memanfaatkan situasi menjelang Ramadan.***

--------------------------------------
Suardi SSos, staf Humas UIN Suska Riau.

Harga | Buy and Sell

harga advertisement